Menarik membaca berita dari okezone yang berjudul “PKS Rayakan Valentine untuk Jaring Pemilih Pemula“. Yah, nampaknya PKS sudah mulai berubah, atau setidaknya bergeser dari doktrin yang dibenamkan ke jamaahnya ke ranah baru yang dalam beberapa hal bertolak belakang. Di level jamaah, penolakan pemikiran tokoh pluralis seperti Gus Dur ataupun Nurkholis Majid sangat kuat sehingga dengan berlebihan juga menolak tokohnya. Bahkan, beberapa orang berkeyakinan bahwa tokoh-tokoh seperti itu telah kafir, keluar dari islam. Tapi dalam sebuah konggres di Bali, presiden PKS dengan lantang menyatakan bahwa PKS adalah partai pluralis.
Memang mungkin harus dibedakan antara jamaah dan jamiyah, antara teori dan praktek di lapangan. Selalu saja ada “penyesuaian” bahkan penyimpangan apa yang terjadi di lapangan. Itu tidak hanya di PKS, tapi juga di organisasi seperti NU dan Muhammadiyah dan partai politiknya yang bisa jadi lebih parah. Itu bisa terjadi karena desakan kepentingan taktis atau penyelewengan oknum. Sehingga penghianatan terhadap jamaah dan ajaran yang diyakini menjadi halal dan berulang-ulang.
Lagi-lagi PKS sebagai kendaraan taktis melakukan inovasi dengan mengorbankan keyakinannya. Valentine selama ini diyakini sebagai momentum yang diciptakan oleh orang kafir dari sejarah yang penuh dengan maksiat, sehingga merayakannya adalah haram. Tapi “untungnya” inovasi ini hanya adri PKS Depok, jadi tidak bisa dianggap sebagai kebijakan partai secara keseluruhan. Tapi bukankan Depok adalah PKS-nya PKS? Mungkin juga dalam waktu dekat akan ada press release yang membantahnya.
Terlepas dari apa yang dilakukan PKS, saya sendiri berkeyakinan bahwa valentine bukan momentum yang haram untuk dirayakan. Itu semua tergantung niat dan cara merayakannya. Saat kelas 2 SMP dulu saya pernah mengadakan acara valentine di sekolah (pertama kali di sebuah sekolah kampung), selain diisi dengan saling tukar hadiah dan beberapa permainan menghibur, juga diisi dengan ceramah agama. (Itu valentine apa tahlilan ya? He he he). Saya merasa mengikuti Sunan Kalijogo yang mengadopsi existing culture untuk penetrasi islam yang diyakininya.
Sekali lagi, tergantung niat dan bagaimana melakukannya. Banyak momentum suci bisa menjadi maksiat karena salah dalam merayakan. Saya juga beberapa kali mendengar dari orang yang mengharamkan valentine, tapi mereka tidak bisa menjaga diri dalam pergaulan. Jadi, kenapa tidak dihalalkan saja dan diisi dengan hal-hal positif?
Kembali ke PKS, saya di satu sisi merasa senag PKS sudah mulai “inklusif”, namun masih bertanya2 kenapa harus menghianati keyakinan jamaahnya? Ataukah jangan-jangan saya yang sudah tidak update lagi, kalau ternyata ajaran dalam PKS juga sudah bergeser, tidak hanya langkah politiknya?
UDATED: 09 Februari 2009
AKhirnya DPD PKS Depok membantah. Seperti yang dimuat oleh okezone dalam berita berjudul “DPD PKS Depok Bantah Rayakan Valentine“. Yah, PKS tidak merayakannya, tapi menyambutnya. Jadi judul tulisan saya tidak perlu dirubah.
Terkait dengan pemberitaan valentine dibeberapa media online,
dengan ini DPD PKS Depok menyatakan bahwa : TIDAK BENAR dan TIDAK ADA NIATAN
SAMA SEKALI UNTUK MENGADAKAN KEGIATAN VALENTINE.
DPD sudah meminta kepada wartawan
yang bersangkutan untuk meluruskan berita tersebut. (T.Syaputra – ketua DPC PKS BEJI)