Sering kali orang bertanya kepada saya tentang Network Marketing. Mulai dari aspek hukumnya menurut islam, prospek dan model bisnisnya, hingga yang hanya berpura-pura bertanya dengan tujuan utama merekrut saya. He he he. Melalui tulisan ini saya mencoba mengutarakan pandangan saya tentang Network Marketing seobyektif mungkin, berdasarkan pengalaman saya sendiri yang pernah mengikuti program-program seperti itu serta kisah-kisah yang saya dengar dari orang lain.
DEFINISI NETWORK MARKETING
Dalam sebuah organisasi, terutama yang berorientasi profit, pemasaran merupakan ujung dari value chain yang langsung bersentuhan dengan konsumen. Karena pemasaran hanyalah salah satu mata rantai, maka ia tidak ia tidak bisa berdiri sendiri. Dengan kata lain, pemasar bukanlah segalanya. Saya sering mendapati orang yg berlebihan dalam memandang dirinya sebagai anggota Network Marketing.
Namun tak bisa dipungkiri, pemasaran merupakan wajah dan ujung tombak dari sebuah organisasi. Maka tak heran, jika perusahaan melakukan berbagai upaya untuk mempercantik diri dan melakukan berbagai inovasi agar punya kekuatan untuk menembus pasar.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan implementasi Network Marketing. Kalau ditilik dari arti katanya, sebenarnya Network Marketing bukan hanya Multi Level Marketing (MLM) atau Viral Marketing (VM) saja. Pada dasarnya hampir semua pemasaran berada dalam jejaring (networked). Perusahaan punya jaringan distributor, agen, dan pengecer. Perusahaaan asuransi banyak yang mengalokasikan bonus kepada marketernya jika dia bisa menarik marketer lain, atau pedagang bakso yang menggratiskan bakso jika ada pelanggan yang membawa pelanggan lain (Member Get Member -MGM). Namun bedanya hanya dengan MLM, MGM hanya berhenti sampai level itu saja.
Ok, kita batasi Network Marketing ini pada level berjenjang saja (MLM ataupun VM), di mana keanggotaan terbuka bagi semua orang yang akan mendapatkan manfaat dari kinerja orang yang direkrutnya (downline) dan memberikan manfaat kepada orang yang merekrutnya (upline). Banyak orang yang menganalogikan MLM seperti Amal jariyah berdakwah atau menyebarkan ilmu, dimana selalu mendapatkan pahala selama masih ada kebaikan / ilmu bermanfaat secara turun temurun.
ASPEK HUKUM DALAM ISLAM
Berbicara mengenai aspek hukum, ada baiknya untuk menyimak artikel yang ditulis oleh HM Cholil Nafis Lc MA (Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il PBNU) di website resmi Nadhlatul Ulama di http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=13946. Di sana disebutkan bahwa pada dasarnya boleh, dengan batasan-batasan tertentu. Menarik juga membaca komentar-komentar atas artikel tersebut. Silahkan baca sendiri detailnya.
Tentu saja harus diakui bahwa hukum agama mempunyai kebenaran yang relatif karena tergantung dari mana sumber dalilnya, bagaimana konteksnya, dan yang lebih parah lagi (kadang) siapa yang meramunya dan apa kepentingan di baliknya. Kebenaran absolut hanya milik Allah. Maka dari itu, sebelum mencari tahu tentang hukum sesuatu, seharusnya seseorang memastikan niatnya apakah ingin mencari KEBENARAN atau PEMBENARAN.
Dalam hal Network Marketing, sebaiknya kita mengonfrontasikan ke hati kita, jika ada penolakan sebaiknya tidak dilanjutkan. Namun jika kita yakin bahwa akan mampu berbagi manfaat tanpa mengeksploitasi orang lain, maka lanjutkanlah. Saya jadi teringat sabda Nabi “Al itsmu ma haka fi shodrik wa karihta an yaththoli’a ‘alaihinnas.”
SISI POSITIF NETWORK MARKETING
Saya pernah mengikuti program MLM yang menawarkan produk-produk dari Amerika saat masih awal SMA dulu. MLM dengan berbagai metode pelaksanaanya bisa menyalakan motivasi dan optimisme yang besar pada seseorang. MLM mengajarkan orang untuk bermimpi dan berusaha mewujudkannya. MLM melatih anggotanya untuk piawai berkomunikasi secara efektif. Sampai saat ini saya masih mengagumi karya David J. Schwartz dan Dale Carnegie yang menjadi “kitab suci” kala itu.
SISI NEGATIF NETWORK MARKETING
Hampir tidak ada resep yang tanpa efek samping, apalagi kalau dikonsumsi secara berlebihan. InnalLoha la yuhibbul musrifin. Seringkali dosis mimpi yang disuntikkan ke anggota MLM berlebihan, terlalu tinggi kadarnya di atas bumi realita. Motivasi kadang terlalu memenuhi otak sehingga menyisakan sedikit ruang untuk bisa berpikir jernih. Efeknya bisa menjadi mengerikan bagi diri sendiri dan orang lain.
Bagi diri sendiri, mimpi yang terlalu melambung bisa menjelma menjadi dua kemungkinan: (1) Malas atau (2) Tak terkontrol. Mimpi melahirkan kemalasan, itulah salah satu anomali psikologi manusia. Pemimpi bisa menjadi pelamun dan pemurung, atau setidaknya dia menjadi malas melakukan hal lain selain yang ada di jalur mimpinya. Pemimpi juga bisa menjadi liar dan menabrak batas-batas kewajaran dan berpotensi untuk menghalalkan segala cara.
Efek menyedihkan bagi diri sendiri adalah ketika mendapati bahwa kenyataan dikurangi harapan hasilnya di bawah nol alias kekecewaan. Upline seringkali mendorong downline untuk melangkah melebihi panjang jangkauan kakinya. Banyak yang harus dikorbankan untuk itu: uang, waktu, dan kejernihan pikir dan kadang harga diri.
Efek bagi orang lain yang sering saya temui adalah penolakan. Orang merasa risih dengan propaganda anggota MLM. Bahkan kadang orang menolak bertemu padahal tidak membicarakan MLM sekalipun. Oleh sebab itu, anggota MLM sering kali seperti minyak di taruh di air, hanya bisa menyatu dengan sesama anggota MLM lainnya.
PERDEBATAN SEPUTAR NETWORK MARKETING
Banyak sekali hal-hal yang memicu perdebatan antara dua kubu yang pro dan yang kontra. Seperti banyak yang menganggap MLM sebagai bisnis yang akan membuat kita kaya padahal sebenarnya pemilik perusahaan akan menjadi lebih kaya berlipat-lipat. Kenapa tidak menjadi pemilik perusahaan MLM aja alih-alih menjadi anggota MLM. Lain kali saya ulas deh… Kalau sempet tentunya… he he he.
NETWORK MARKETING BAGI SAYA
Setelah melalui perenungan dan perjalanan waktu, saya tidak akan mau menjadi anggota MLM lagi. Alasannya sangat personal, jadi tidak bisa digeneralisir ke orang lain. Tidak perduli dengan potensi bisnisnya yang begitu besar apalagi potensi kekecewaan yang tak kalah besar. Saya bukan takut dengan resiko dikecewakan oleh MLM, tapi takut akan mengecewakan orang lain. Sama halnya saat kegagalan MLM menimpa saya sebagai konsekuensi logis dari konteks zaman kala itu, saya sama sekali tidak meratapi diri, tapi meratapi orang-orang yang telah tergadaikan hidupnya karena ajakan saya.
Tujuan saya berbisnis adalah keuntungan maksimal, tapi tujuan hidup bukan itu. Jika dalam proses berbisnis menghianati tujuan hidup, maka harus segera dihentikan.
iqbal
# yang menulis MLM juga terlalu berlebihan. He he he.
.
Iya bagus….!Please deh,seorang Iqbal ditawarin MLM?wkwkwkwkwkwwk…..=P
tapi btw,kenapa network markerter Indonesia jarang ada yang sukses?karena emang dasar orang Indonesia kebanyakan males n suka mengeluh ga da modal(padahal modalnya cuma kemauan danbeberapa ratus ribu,kalau beli pulsa aja,ada deh tu modal!),udah gitu skeptis lagi!ada yang baru dikit,negatif,ada model baru itu,digosippin,lhawong tiap hari di TV acara yang ditayangin banyak gosipnya???!!!pagi,siang,sore,busyet dah kayak makan aja!!maunya jadi milyarder tapi gak ngapa-ngapain.ane gak bakalan deh ngrekrut calon downline yang gak ada fighting spiritnya(yang udah sukses jadi enterpreneur juga gak masuk daftar…ceilee..).Karena mental kebanyakan orang Indonesia yang kayak gitu udah diduga ama perusahaan pembuat MLM,jadi diterapin tuh standar belanja paling murah di Indonesia,bonusnyapun minim.yang sukses ya yang bisa merambah downline dari negara-negara lain yang lebih maju.Tuh buktinyadi Jepang,Amerika,Hongkong,Singapore,German,maju banget dan welcome banget mereka dengan network marketing!!Makannya…..apapun usahanya,gak akan sukses kalau gak ada kerja keras…….busyet dah,tobat aja butuh doa kepada Tuhan dan usaha yang keras…
Betul itu mbok de….
Tidak hanya di MLM aja, di semua bisnis harus bersungguh2. Harus ditekuni sampai batas waktu tertentu, jika sudah tidak berprospek bagi kita maka harus segera banting setir ke bidang lain…