Yang pelupa dan yang lebih parah

Dasar pikun! Lagi-lagi lupa…. sebentar-sebentar lupa, lupa kok cuma sebentar? (he he he, niru gayanya pelawak isak sumantri “ngelantur” dari surabaya).

Ternyata memang saya ini orangnya pelupa. Saat ini saya lagi searching dalam lipatan-lipatan otak saya, siapa nama seorang teman yg sedang saya butuhkan sekarang untuk sebuah urusan. Saya tahu pasti orangnya, tapi kok secara tiba-tiba lupa namanya…. Continue reading “Yang pelupa dan yang lebih parah”

Loh, kok telanjang?

Sudah menjadi titah naluri, setiap idul fitri menjelang, orang (Islam Indonesia) berbondong-bondong pulang kampung. Banyak dari mereka yang memaksakan diri dengan cara apapun untuk bisa sampai kampung halamannya. Maka tak heran jika gerbong kereta ekonomi menjadi penuh sesak, bahkan di toiletnya pun orang rela berjubel. Saya jadi teringat pertama kali pulang kampung dari jakarta naik kereta. {wfffhhh….. masuk gerbong berebut, tidak dapat tempat duduk, akhirnya mendapat tempat untuk menaruh badan di deket toilet, tidak bisa mengambil posisi duduk, kalaupun setelah sekian lama bisa duduk malah jadi susah berdiri}.

Banyak alasan orang untuk pulang kampung. Di antaranya adalah (1) Rindu orang-orang di kampung (2) Nostalgia dan reuni (3) Aktualisasi diri atas kesuksesan di kota (4) Tidak tahan dengan kekejaman kota (5) Refreshing dari kepenatan kerja (6) Takut kesepian di kota karena yang lain pada pulang kampung.

Seperti biasa, semakin lama terpisah, semakin terasa hangat dan dekat saat bersama lagi dengan keluarga di kampung. Bapak yang semakin bijaksana dan sufi, ibu yang semakin perhatian dan sabar, kakak yang semakin bahagia, adik2 ada yang sudah besar ada juga yang masih kecil yang lucu, keponakan yang juga lucu2…. Inilah magnet yang begitu kuat menarik saya sehingga betah di kampung hampir tiga minggu.

Saya pulang bersama istri saya yang telah tiga tahun ini setia mendampingi, Siti Laptop NEC Versa S900. Entahlah, walaupun sudah tahu bahwa tidak mungkin melakukan sesuatu yang produktif dengan membawa laptop ke kampung, tapi tanpa laptop di sisi saya rasanya ada yang kurang. Waktu di kampung bakalan habis untuk melakukan aktifitas keluarga dan sosial lainnya. Akhirnya tiga minggu tersebut laptop saya hanya terpakai sebentar untuk memutar musik saja, dan membuka internet sebentar-sebentar.

Bagi orang kampung saya, lagu seperti "magadir", "habibi ya nur aini", "salam min baid", dll merupakan lagu yang sudah akrab di telinga karena sering diputar saat hajatan pernikahan, peringatan maulud nabi, pengajian-pengajian agama. Lagu-lagu yang berbahasa arab tersebut telah menjadi "lagu relijius". Ketika laptop saya memutar lagu-lagu tersebut yang kebetulan ada video klipnya, ibu saya langsung berkomentar: "Kok isinya orang telanjang?". Nah loh!

Bagi ibu saya yang hanya mendengar lagu2 tersebut dari kaset, ketika melihat video klipnya dengan panari latar yang tanpa kerudung dan membiarkan seluruh lengannya terbuka, mungkin terjadi benturan asumsi dan kenyataan. Ternyata lagu2 yang selama ini mengiringi aktifitas keagamaan hanyalah lagu biasa yang kebetulan berbahasa arab, tiada beda dengan lagunya Agnes Monica atau Mulan Kwok. Sehingga dengan standar ibuku, video itu dianggap berisi orang telanjang. Ya Allah yang Maha Suci, mohon lindungi terus ibuku.

Islam bukanlah arab! Arab bukanlah islam! Saya sangat menggemari lagu2 arab bukan karena saya orang islam, tapi karena saya memang menyukai iramanya. Saya menyukai lagu2 yang dinyanyikan Nawal Al Zoghbi, Nancy Ajram, Najwa Karam, dll bukan berarti keislaman yang mereka bawa, dan bahkan saya juga tidak tahu pasti apakah mereka islam atau bukan.

Maka budaya arab bukan serta merta menjadi budaya islam. Seperti halnya wacana wajib tidaknya jilbab. Bagi para perempuan muslimah, saya sih menyarankan dengan sangat agar memakai jilbab. Tapi kalau ada yang mengintimidasi anda agar memakai jilbab, suruh cuci dulu otaknya. Jilbab adalah refleksi kesadaran diri akan  Tuhan. Saya sering miris melihat kenyataan bahwa jilbab bagi beberapa orang hanya menjadi cover kebusukan akhlak. Pakailah jilbab karena Tuhan, wahai orang2 ruwet! Saya sendiri sampai kapanpun menolak untuk memakai jilbab. Ha ha ha.

#iqbal / lebih suka wanita berjilbab

Jenis musik yang kusuka

Mungkin benar juga, bahwa adalah penting untuk mengenal diri kita sendiri sebelum bergerak menuju arena perjuangan hidup. Mengetahui kekuatan dan kelemahan diri akan memudahkan kita memilih strategi dalam mencapai sesuatu. Juga, dengan mengenal diri sendiri  akan lebih mudah mengidentifikasi dengan siapa dan seperti apa jalinan harus dirajut.

Tapi seringkali kita tidak tahu persis, atau pura-pura tidak tahu siapa diri kita ini sesungguhnya. Bisa jadi kita malah bingung dengan kenyataan bahwa hal yang pasti dalam diri kita adalah ketidakpastian. Tapi bagaimanapun juga, menyangkut hal-hal prinsip dan penting, kita harus kenal diri kita (tanpa ada keharusan mempublikasikannya). Sedangkan hal-hal yang tidak penting kalau menurut saya ya terserah saja.

Salah satu hal kecil yang selalu membuat saya bingung adalah saat ditanya apa hobi saya. Maka ketika mengisi formulir yang ada kolom hobi, saya isi aja sekenanya, biasanya sih "mancing". Akhirnya saya menjadikan "mancing" itu sebagai "identitas" untuk hobi saya.

Sama halnya dengan jenis musik apa yang saya suka. Kenyataan bahwa saya bisa menikmati musik apapun membuat saya di satu sisi merasa sebagai orang yang adaptif, tapi di sisi lainnya merasa sebagai orang yang tidak punya karakter.

Setelah berusaha mempertebal garis batas preferensi musik yang agak kabur, akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa saya lebih suka musik yang menghentak, yang ngebit, yang patriotik, yang bikin suasana jadi semangat, yang seakan mengajak saya berlari dan terbang.

Preferensi tersebut banyak disuplai oleh lagu2 arab, india, dan lagu2 yang dominasi tabuhannya terasa. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada http://felinabranca.multiply.com/music yang telah membagi banyak lagu2 arab. Juga kepada http://jferreira.multiply.com/music yang membagi lagu2 wong fei hung.

Ini dia salah satu lirik favorit saya:

(Judul: Yama Alou, Artist: Nawal El Zoughbi)

ياما قالوا … ما يقولوا حبينا كده وهوينا كده و ملينا الدنيا غرام في غرام
ما يعيدوا آآه و يزيدوا ده اللي انا حاساه و اللي انا عيشاه في الحب يا ناس ولافي الاحلام
ياما قالوا … ما يقولوا حبينا كده وهوينا كده و ملينا الدنيا غرام في غرام
ما يعيدوا آآه و يزيدوا ده اللي انا حاساه و اللي انا عيشاه في الحب يا ناس ولافي الاحلام
قرب من قلبي اللي عشانك ياما غنى و غنى و بيحلم بلقاك يا حبيبي و لسه بيتمنى
قرب من قلبي اللي عشانك ياما غنى و غنى و بيحلم بلقاك يا حبيبي و لسه بيتمنى
روحي انا عمري انا … انا دايبه في حبك و هواك ده انت انا اه يا انا … انا منك وهوايا هواك
روحي انا عمري انا … انا دايبه في حبك و هواك ده انت انا اه يا انا … انا منك وهوايا هواك
على ناري آآه يا حبيبي بستنى كده و في قلبي كده اشواق تملى الدنيا بحالها
ح تجيني آآه تلاقيني الشوق دوب فيا و عذب و الحيره بتفظل على حالها
ياما قالوا … ما يقولوا حبينا كده وهوينا كده و ملينا الدنيا غرام في غرام
ما يعيدوا آآه و يزيدوا ده اللي انا حاساه و اللي انا عيشاه في الحب يا ناس ولافي الاحلام

Artinya kira2 begini:

Mereka selalu ngomong, biarin aja mereka ngomong
Bagaimana kita mencintai atau merasa mencintai satu sama lain
Dan membagi cinta kita dimana-mana di seluruh penjuru dunia
Mereka akan mengulangi lagi dan lagi
Ini semua adalah persaanku dan apa yang sedang aku lalui
Cinta ini lebih baik dari semua mimpi

Mendekatlah ke hatiku yang selalu bernyanyi untukmu
Aku yang bermimpi bertemu denganmu dan masih menginginkanmu

Jiwaku… umurku… kau penuhi dengan cinta
Kita adalah satu, aku tercipta darimu, cintaku adalah untukmu
Aku tidak punya kesabaran lagi, wahai cintaku
Untuk menunggu dengan cara ini, saat hatiku telah terisi
Perasaanku akan memenuhi seluruh dunia
Datanglah padaku, temui aku
Aku menderita karena rindu padamu
Dan kebingunganku selalu sama